ECO BURNER KARYA MAHASISWA UNY

Sebagai pengguna energi fosil dalam jumlah banyak, Indonesia memiliki banyak limbah minyak bekas diantaranya limbah oli bekas kendaraan, sludge oil, dan sebagainya. Limbah minyak berat mengandung minyak, zat padat, air, dan logam berat. Limbah minyak ini merupakan bahan pencemar yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan,  oleh sebab itu harus segera ditanggulangi. Limbah ini berpotensi untuk diubah menjadi energi panas menggunakan burner, namun alat burner ini diimpor dari Jerman dengan harga cukup mahal. Prihatin dengan hal ini, sekelompok mahasiswa UNY menggagas pembuatan burner dengan harga yang lebih ekonomis. Nur Khamdan dan Ervin Priambodo prodi pendidikan teknik mesin serta Imas Dwi Septiningtyas prodi bimbingan dan konseling mendesain dan manufaktur Eco Burner dengan kapasitas 400 liter/jam dengan bahan bakar BBA Olium dengan harga Rp 4.700,00 - Rp 6.500,00 per/liter untuk menggantikan produk impor dari Jerman.

Nur Khamdan mengatakan bahwa teknologi yang digunakan dalam Eco Burner ini adalah pemotongan rantai Hidrokarbon (CH) dalam olium dengan metode Hot Crack Hidrokarbon. Pabrik yang membutuhkan energi panas tinggi salah satunya adalah AMP (Asphalt Mixing Plant) yang mengolah asphalt dan material sebagai bahan untuk pengerasan jalan. “Dengan eco burner dalam proses di AMP bisa mengefisiensi produksi sekitar 20%-40%” papar Nur Khamdan “Oleh karena itu perancangan dan pembuatan alat ini sangat berpotensi untuk menghasilkan alat yang bisa digunakan untuk industri AMP”. Imas Dwi Septiningtyas menambahkan, salah satu AMP yang ada di Pati menggunakan Burner kapasitas 400 liter/jam yang diimpor dari Jerman yang berbahan bakar solar industri dengan harga Rp 9.300,00 - Rp 10.000,00- per liter dengan harga burner di atas 200 juta rupiah. Harapannya, terobosan baru berupa Eco Burner karya mahasiswa ini bisa digunakan sebagai pembangkit energi panas di AMP sehingga dapat mengganti burner dengan kapasitas 400 liter/jam yang diimpor dari Jerman sekaligus membantu mengurangi limbah minyak berat yang ada di masyarakat.

Menurut Ervin Priambodo pada proses awal akan dirancang bagaimana proses kerja alat Eco Burner dengan bahan bakar limbah minyak berat. Dalam eco burner terdiri dari bagian- bagian penting diantaranya nozel, tabung, keran olium, kerangka, sistem bahan bakar masuk serta sistem Hot Cracking Hidrokarbon (Atomizing). “Keunggulan desain Eco Burner ini mampu mengabutkan lebih sempurna karena desain nozel dibuat lebih lurus sehingga semburan akan sedikit bertambah panjang dan aliran olium akan semakin lancar” katanya. Eco Burner ini juga memiliki efisiensi bahan bakar karena menggunakan sistem pengabutan yang sempurna, sehingga mampu mengurangi biaya untuk AMP (Asphalt Mixing Plant). Pada tahap implementasi, tim telah menggabungkan komponen-komponen yang telah dibuat dari percobaan yang telah dilakukan untuk dibuat menjadi eco burner. Uji coba dilakukan dengan menghidupkan kompresor yang akan mengeluarkan udara bertekanan yang masuk kedalam eco burner, kemudian olium juga dialirkan kedalam eco burner, pada saat didalam eco burner, oli akan diubah menjadi kabut sehingga dapat dibakar. Setelah burner menyala, langkah selanjutnya memanaskan material yang ada pada AMP. Setelah material panas proses selanjutnya adalah pencampuran material dengan asphalt. Alumni SMAN 6 Purworejo tersebut memaparkan bahwa eco burner dibuat dua tempat yaitu Laboratorium Manufaktur dan Inovasi Teknologi serta Bengkel Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dengan biaya Rp. 12.500.000,-. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2018. (Dedy)

Category: 
Energy and Climate Change (EC)